Cara Membangun Personal Branding dengan Mudah
Pada era sekarang, kita pasti sering mendengar istilah Personal Branding. Tetapi mungkin sebagian diantara kita tidak mengerti apa artinya. Sebenernya, apa itu Personal Branding? Menurut Wikipedia,…
Pada era sekarang, kita pasti sering mendengar istilah Personal Branding. Tetapi mungkin sebagian diantara kita tidak mengerti apa artinya. Sebenernya, apa itu Personal Branding? Menurut Wikipedia,…
Statista di bulan Juli 2020 menyatakan, ada sekitar 73 juta pengguna. Pasar yang menggiurkan, kan? Instagram adalah tempat yang positif untuk mendapat exposure pasar. Exposure,…
Akar kata brand adalah brandr. Artinya "to burn". Kata brandr berasal dari kosakata bangsa Viking. Mereka menjadikan kata brandr sebagai simbol/cap bakar atas kepemilikan hewan piaraan. Adaptasi dilakukan, membuat kata brandr berubah jadi brand.
Pengertiannya pun berubah dan sedikit ambigu. Berdasar pendapat AMA (American Marketing Association), brand berarti nama adalah juga "nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari keduanya, yang diorientasikan untuk mengidentifikasi barang serta jasa dari satu penjual atau sekelompok penjual sehingga dapat membedakan mereka dari kompetitor.
Saat ditarik ke Indonesia, brand atau merek memiliki landasan legal formal di UU no. 15 tahun 2001 tentang merek. Menurut undang-undang tersebut, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan dan jasa.
Brand lebih dari sebuah produk atau logo atau nama produk. Merek memiliki banyak sisi perspektif. Berbagai sisi perspektif ini menjadi diferensiasi sebuah produk/usaha/produsen dengan kompetitornya. Diferensiasi merk mesti terlihat jelas dan masuk akal. Untuk itu dibutuhkan kinerja dan daya tarik emosional suatu produk dari brand di mata konsumen. Merek bisa berbentuk logo, nama, iklan, atau juga kombinasi dari semuanya.
Oleh sebab itu, brand memiliki sifat mengikat psikologis publik dan menimbulkan daya asosiatif. Hal inilah yang memancing konsumen membeli produk yang mendapat branding. Produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik, sedangkan brand adalah sesuatu yang diolah di pikiran konsumen. Sehingga, salah satu motivasi konsumen saat membeli produk adalah brand yang dimiliki produk tersebut.
Oleh sebab itu, membangun sebuah brand harus memiliki orientasi membangun citra dan karakter yang kuat di pikiran konsumen. Dengan begitu, merek akan memberikan efek positif ke perusahaan dan produk. Aktivitas membangun sebuah brand umum disebut dengan branding.
Merek memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi bagi konsumen dan fungsi bagi produsen.
Bagi konsumen, merek memiliki tujuh manfaat utama. Manfaat itu dijelaskan seperti di bawah ini.
Bagi produsen, merek juga memiliki fungsi penting. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan menjadi:
CBBE adalah konsep brand equity yang populer di tahun-tahun belakangan. Konsep ini mendasarkan dirinya pada pengalaman konsumen atas sebuah merek. Oleh sebab itu, apa yang dirasakan, didengar, dilihat, dan dipelajari konsumen atas suatu merek selama periode tertentu memiliki nilai penting dalam konsep CBBE.
Secara definisi, CBBE adalah bentuk diferensiasi suatu brand atas pengetahuan brand sebagai efek pengalaman konsumen atas brand tersebut. Ada tiga hal utama yang menjadi poin dasar CBBE atas merek yaitu diferensiasi merek, pengetahuan atas merek, dan reaksi konsumen atas program marketing/branding. Ekuitas sebuah merek dalam konsep CBBE membutuhkan brand knowledge konsumen. Untuk membangun brand knowledge, maka dibutuhkan kekuatan brand awareness dan brand image.
Maka dari itu, brand equity sebuah merek akan terbentuk saat konsumen memiliki awareness tinggi, well-known tinggi, serta asosiasi atas merek yang kuat, unik, dan positif di ingatannya. Dengan begitu, nilai CBBE merek akan positif dan menguntungkan bagi perusahaan. Salah satunya yang paling mudah didapatkan adalah tingkat loyalitas pelanggan.
Sehingga ketika produk mengalami kenaikan harga, pelanggan tetap melakukan pembelian. Atau saat barang sulit didapat dari jalur distribusi biasanya, konsumen akan mencari alternatif jalur distribusi. Intinya adalah konsumen akan cenderung melakukan berbagai usaha untuk bisa melakukan aktivitas konsumsi produk walaupun kompetitor mampu memberikan alternatif.
Membangun sebuah merek untuk memiliki brand equity tinggi berarti menanamkan kesadaran konsumen atas merek tersebut. Artinya, konsumen mesti memiliki asosiasi yang kuat, profitabel, dan menyadari keunggulan plus keunikan pada merek tersebut.
Oleh karena itu, saat membuat konsep dan strategi brand identity, saat menghasilkan makna merek, saat menstimulasi reaksi atas citra merek sesuai harapan, atau juga saat menjalin koneksi antara merek dengan konsumen, diperlukan serangkaian langkah berdasarkan empat pertanyaan dasar. Keempat pertanyaan dasar tersebut:
Keempat pertanyaan tadi dihadirkan lebih lengkap dan detail dalam sebuah pemodelan piramida yang bernama piramida Brand Resonance. Pemodelan piramida menggambarkan alur penciptaan relasi loyalitas pelanggan dengan brand.
Selain itu, pemodelan ini juga menghitung brand positioning yang ada di benak konsumen. Setiap hasil stimulasi pemodelan piramida Brand Resonance akan memberi efek kekuatan merek pada penciptaan ekuitas merek.
Hasil dari brand equity yang kuat adalah kekuatan loyalitas pelanggan. Saat loyalitas pelanggan sudah tinggi maka pelanggan menjadi bagian dari aktivitas branding.
Brand identities merupakan diferensiasi dengan produk kompetitor. Elemen sebuah brand identities terdiri dari banyak hal. Akan tetapi, umumnya, publik akan cenderung mengenal brand identities hanya dalam cakupan elemen visual.
Beberapa elemen utama yang jadi pembeda ini contohnya adalah logo, nama, simbol, jingle, kemasan, dan iklan. Konsep CBBE mengatakan bahwa merek harus memiliki elemen brand demi meningkatkan brand awareness.
Dalam membangun sebuah merek, elemen yang baik seharusnya mampu memberi sokongan positif. Untuk bisa mendapatkan karakter elemen merek yang baik, maka terdapat beberapa parameter yang bisa menjadi rujukan utama. Parameter tersebut adalah:
Dengan berbagai parameter tersebut, elemen sebuah merek seharusnya mampu mendorong kekuatan brand identity. Ketika brand identity menjadi kuat, manfaatnya akan langsung dirasakan. Beberapa manfaatnya adalah:
Dengan peran sepenting itu, baik bagi brand itu sendiri dan dalam skema CBBE, brand identity adalah fokus pertama dan utama perusahaan. Diperlukan strategi khusus dalam menyiapkan serangkaian brand identity.
Jika terdapat ketidak-cocokkan dalam rangkaian proses brand identity, maka taruhannya adalah identitas, karakter, dan persona brand dan produk itu sendiri. Untuk itulah, strategi membangun brand identity sangat diperlukan. Sebelum terlalu jauh, satu hal yang perlu dilakukan perusahaan adalah mengenali identitas perusahaan/produk.
Mengenali identitas dan karakter perusahaan/produk adalah bagian penting dari analisis potensi. Sebab, merek yang baik harus sesuai dengan identitas dan karakter asli perusahaan/produk. Tanpa adanya kesesuaian ini, maka proses membangun brand identity akan bermasalah.
Efeknya aktivitas branding dan marketing juga ikut bermasalah. Untuk mengenali identitas dan karakter perusahaan/produk, maka empat pertanyaan dasar dalam pemodelan piramida Brand Resonance bisa jadi acuannya. Sehingga menjadi pertanyaan:
Setelah analisis potensi perusahaan dilakukan, langkah selanjutnya adalah menjalankan strategi brand identities:
Rebranding adalah aktivitas umum yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Rebranding adalah upaya perusahaan untuk mengganti sebuah brandyang sudah eksis. Tujuan penggantian adalah untuk mendapatkan branding yang jauh lebih baik.
Ada banyak motivasi sebuah perusahaan melakukan aktivitas rebranding. Secara garis besar, ada 5 motivasi dasar bagi perusahaan untuk melakukan rebranding. Kelima alasan tersebut adalah:
Untuk membuat keputusan rebranding, diperlukan banyak pertimbangan. Karena ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Sebab, selain menyita waktu, aktivitas rebranding juga memakan biaya ekstra yang tidak sedikit. Sebab itu, faktor eksternal dan faktor internal perusahaan mesti dipertimbangkan baik-baik.
Pada beberapa kasus, aktivitas rebranding justru lebih banyak memakan effort daripada aktivitas branding. Oleh sebab itu, ada tiga alasan utama bagi perusahaan untuk melakukan aktivitas rebranding. Ketiga alasan itu adalah citra negatif, produk cacat, dan skandal negatif di perusahaan. Untuk semua alasan itulah, aktivitas rebranding harus berorientasi:
Untuk melakukan rebranding, ada beberapa strategi penting yang bisa dilakukan. Beberapa pilihan strategi yang tersedia ini bisa dijalankan secara bersamaan. Strategi tersebut dijabarkan menjadi:
Dengan berbagai kerumitan yang harus dihadapi saat melakukan rebranding, ada beberapa hal yang membuat proses rebranding sebagai aktivitas perusahaan yang berisiko. Penolakan terhadap aktivitas rebranding umum dijumpai. Bahkan dari internal perusahaan. Apabila penolakan ini dibiarkan begitu saja, proses rebrandingakan mengalami masalah internal yang tidak solid. Untuk risiko ini perlu disiapkan rencana mengatasi penolakan dan penjelasan detail mengenai aktivitas rebranding.
Untuk itu, segala perubahan yang terjadi dalam proses rebranding harus rasional dan memiliki tolak ukur yang jelas. Tujuannya agar mampu memberi keyakinan bagi pihak internal perusahaan dan pihak eksternal. Sebab ada beberapa hal yang sudah tersimpan dan melekat di benak banyak pihak mengenai brand.
Salah satu tolak ukur dalam melakukan aktivitas rebranding adalah melihat kesolidan internal perusahaan mengenai aktivitas rebranding. Apabila, internal perusahaan sangsi dengan kinerja brand terbaru, maka kesangsian itu akan terjadi juga di pihak eksternal perusahaan.
Dalam situasi penuh keraguan, managemet perusahaan perlu menjalan langkah-langkah manajemen perubahan. Tujuannya agar proses perubahan di internal perusahaan berjalan baik sehingga tetap solid. Hal penting mengenai proses managemet perubahan sehubungan dengan rebranding adalah menjaga konsistensi kinerja dan mutu proses internalisasi perusahaan.
Rebranding yang berhasil adalah aktivitas yang berhasil menjalankan setiap langkah degan tepat dan tertib. Dibutuhkan komitmen dari pihak managemet agar tetap konsisten dan tetap berkualitas. Tanpa komitmen kuat pihak managemet, proses rebranding akan mengalami gangguan. Bila sudah menemui batu sandungan, akan ada distorsi dalam proses rebranding.
Dengan situasi yang memiliki risiko tersebut, selalu pertimbangkan pemakaian bantuan konsultan atau pihak ketiga saat melakukan aktivitas rebranding. Dengan begitu, fokus managemetbisa terbagi dengan baik, tujuan rebranding bisa tercapai, proses produksi tidak menurun.